Mengingat Masa Masa Sekolah
Saya lahir dan besar di keluarga petani Bapak dan Ibu bekerja di sawah setiap hari. Biasanya Bapak berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari,sebelum saya berangkat sekolah. Bagaimana dengan Ibu? Pagi hari Ibu menyiapkan sarapan untuk kami, anak-anak, sebelum berangkat sekolah. Ibu akan menyusul Bapak setelah kami berangkat sekolah dan setelah pekerjaan rumah beres. Jika Bapak belum sarapan di rumah, Ibu akan membawakan bekal ke sawah dan mereka makan bersama di sawah. Tampak romantis ya? Begitulah romantisme petani. :)
Saya lahir dan besar di keluarga petani Bapak dan Ibu bekerja di sawah setiap hari. Biasanya Bapak berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari,sebelum saya berangkat sekolah. Bagaimana dengan Ibu? Pagi hari Ibu menyiapkan sarapan untuk kami, anak-anak, sebelum berangkat sekolah. Ibu akan menyusul Bapak setelah kami berangkat sekolah dan setelah pekerjaan rumah beres. Jika Bapak belum sarapan di rumah, Ibu akan membawakan bekal ke sawah dan mereka makan bersama di sawah. Tampak romantis ya? Begitulah romantisme petani. :)
Ibu dan Bapak adalah Pasangan Serasi termasuk dalam hal
‘pekerjaan’. Bapak bekerja di sawah, menanam, merawat, hingga panen. Ibu
membantu pekerjaan Bapak. Dari tandur, matun, menyiram palawija, dan
memanen hasil tanam.Bapak cukup rajin memanfaatkan lahan. Pematang sawah
ditanaminya dengan lombok, kacang panjang, tales, ubi, dll. Waktu antara lepas
panen dan masa tanam selanjutnya, Bapak manfaatkan untuk menanam mentimun yang
masa panennya cepat. Ibu termasuk pribadi yang tekun. Dan karna sumber keuangan
kami memang dari sawah, Ibu begitu cermat memanfaatkan hasil tanam untuk
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Memang tidak semua pekerjaan di sawah dilakukan
sendiri oleh Ibu dan Bapak. Beberapa pekerjaan masih butuh bantuan orang lain,
seperti membajak sawah, tanam padi (tandur), dan panen. Untuk membersihkan
gulma (matun) kadang masih bisa dikerjakan sendiri oleh Ibu dan Bapak,
namun tak jarang juga minta bantuan orang lain. Untuk upahnya, kami punya
‘harga’ sendiri di kampung kami yang mungkin berbeda dengan di kampung lain.
Jika pakai ngirim (makan siang), maka harganya akan lebih rendah. Ibu
selalu memilih sibuk memasak untuk ngirim daripada harus membayar lebih.
Khusus untuk panen padi, kita akan menghargainya dengan sistem bawon,
yaitu membagi 1/6 dari yang dia dapatkan. Misalnya seseorang memperoleh 6
karung, maka ia akan membawa pulang 1 karung sebagai upah membantu memanen.
Tetapi untuk pekerjaan lain, kita menghargainya dengan uang.
Di kampung kami, yang biasa membantu tandur
adalah ibu-ibu.
Tiap kali kesawah ini saya selalu teringat sosok bapak
yang sudah duluan meninggalkan kami dipanggil Alloh/Tuhan. Jika bapak kami masih ada dan sehat, bapak habisin hari_harinya dengan bekerja di sawah ini.
Bapak adalah petani yang tangguh. Tahan terhadap
panas dan lelah. Saya selalu bangga dengan bapak yang bekerja keras di bawah terik
sinar matahari, kami akan selalu ingat nasehat_nasehatmu dan akan meneruskan perjuanganmu bapak.
Semoga Alloh/Tuhan Menempatkan Bapak kami di sisinya.Amiennn..
Semoga Alloh/Tuhan Menempatkan Bapak kami di sisinya.Amiennn..
Bapak Kami Selalu Merindukanmu.
kakek dan nenekq jg petani dulu,,tp skrg udh ga,,,, banyak hutan yang ditebangi,,,kalo ditanami sesuatu,,,monyet2 pada ngrusak tanamannya,,, :(
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMatun tandur, angon, ngarit, ngguyang wedus..(maaf) hehhe neng kali ipik-ipik karo kali klegong, nggawe komboran, ngirim pak e sego karo wedang (bsasane opo lali aku) hehehhe
BalasHapusSukses selalu mas