Selasa, 11 Oktober 2016

Rindu Ayah Tercinta

Untuk Ayahku yang Sudah Berada Di Alam Sana, Apakah Kamu Juga Rindu Padaku?

 

Itulah janji yang tidak bisa ayah tepati lagi. Walaupun begitu kelak ketika nanti aku menemukan seseorang, aku akan tetap mengenalkannya, walaupun mereka hanya akan saling melempar senyum dalam kalbu.
 Aku selalu bertanya "Ayah apakah kamu merindukanku?"

Aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi ketika seseorang telah pergi menemui yang kuasa, apakah mereka bisa merasa lapar? Merasa marah dan terlebih apakah mereka bisa merasakan rindu? Aku tidak pernah tahu sehingga yang aku lakukan hanyalah mengirim doa setiap malam agar ia tetap bahagia di alam sana.

Jika bisa aku bertemu, aku ingin sekali memeluknya dan menceritakan semua keluh kesahku seperti ketika aku kecil dulu.
 Tetapi aku tidak bisa menolak takdir, jika memang Tuhan sudah berkendak aku pun tidak bisa merubah rencana-Nya.

Aku tidak pernah marah pada Tuhan karena telah mengambilnya dari tengah-tengah keluarga kami, setidaknya aku bersyukur karena ia sudah bahagia disana, walaupun rindu tak kunjung henti, aku selalu tahu bahwa ia selalu baik-baik saja. Meskipun pertanyaan "apakah Ayah merindukanku?" Tidak akan pernah berhenti.

Kamis, 28 Agustus 2014

Curhat Petani Cabai di Kampung Kami



Curhat Petani Cabai


Petani di Desa Jenggrik,Kec.Kedawung,Kab Sragen Jateng, mengaku rugi akibat harga cabai merah besar anjlok dari musim panen raya dan banyaknya pasokan cabai yang masuk ke sejumlah pasar tradisional di kabupaten setempat.
Harga cabai merah besar hanya di hargai Rp 2rb-5rb per kilogram, padahal sebelumnya bisa mencapai Rp 15-20 ribu per kilogram," kata salah seorang petani cabai di kampung kami Desa Jenggrik,Kec.Kedawung,Kab.Sragen Jateng.

Menurut mereka para petani, banyak petani yang mengalami kerugian jutaan hingga puluhan juta rupiah karena hasil panen cabai tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan mulai pembibitan, pemeliharaan hingga pemetikan masa panen. "Besar kecilnya kerugian tergantung lahan yang dimiliki oleh petani, namun harga cabai memang sulit dikendalikan karena masih ada permainan dari para tengkulak.

Selain melimpahnya pasokan cabai saat panen, kata dia, anjloknya harga cabai juga disebabkan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan masuknya cabai dan sayuran impor ke Indonesia, sehingga hal tersebut semakin memperparah anjloknya harga cabai dalam Negeri "Saya berharap pemerintah menghentikan impor cabai, sayuran, dan buah_buahan dari luar Negeri, agar petani_petani dalam Negeri terus bisa meningkatkan kekayaan hasil bumi kita ini dan petani pun tidak terus_terusan merugi.

Pada masa panen saat ini, banyak petani merugi hingga menyebabkan sebagian petani cabai beralih menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan missal kacang hijau dan jagung karena mereka tidak mau merugi terus. "Ada yang masih tetap bertahan menanam cabai, namun ada juga yang beralih menanam tanaman lainnya.

Demikian keluh_kesah yang di sampaikan seorang petani di Kampung kami di Desa Jenggrik,Kec Kedawung,Kab Sragen Jateng.


Mudah-mudahan semua cepet teratasi dan Petani kita Selalu Makmur.

Selasa, 03 Juni 2014

Aku Lahir di Keluarga Petani



Mengingat Masa Masa Sekolah
Saya lahir dan besar di keluarga petani Bapak dan Ibu bekerja di sawah setiap hari. Biasanya Bapak berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari,sebelum saya berangkat sekolah. Bagaimana dengan Ibu? Pagi hari Ibu menyiapkan sarapan untuk kami, anak-anak, sebelum berangkat sekolah. Ibu akan menyusul Bapak setelah kami berangkat sekolah dan setelah pekerjaan rumah beres. Jika Bapak belum sarapan di rumah, Ibu akan membawakan bekal ke sawah dan mereka makan bersama di sawah. Tampak romantis ya? Begitulah romantisme petani. :)
Ibu dan Bapak adalah Pasangan Serasi termasuk dalam hal ‘pekerjaan’. Bapak bekerja di sawah, menanam, merawat, hingga panen. Ibu membantu pekerjaan Bapak. Dari tandur, matun, menyiram palawija, dan memanen hasil tanam.Bapak cukup rajin memanfaatkan lahan. Pematang sawah ditanaminya dengan lombok, kacang panjang, tales, ubi, dll. Waktu antara lepas panen dan masa tanam selanjutnya, Bapak manfaatkan untuk menanam mentimun yang masa panennya cepat. Ibu termasuk pribadi yang tekun. Dan karna sumber keuangan kami memang dari sawah, Ibu begitu cermat memanfaatkan hasil tanam untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Memang tidak semua pekerjaan di sawah dilakukan sendiri oleh Ibu dan Bapak. Beberapa pekerjaan masih butuh bantuan orang lain, seperti membajak sawah, tanam padi (tandur), dan panen. Untuk membersihkan gulma (matun) kadang masih bisa dikerjakan sendiri oleh Ibu dan Bapak, namun tak jarang juga minta bantuan orang lain. Untuk upahnya, kami punya ‘harga’ sendiri di kampung kami yang mungkin berbeda dengan di kampung lain. Jika pakai ngirim (makan siang), maka harganya akan lebih rendah. Ibu selalu memilih sibuk memasak untuk ngirim daripada harus membayar lebih. Khusus untuk panen padi, kita akan menghargainya dengan sistem bawon, yaitu membagi 1/6 dari yang dia dapatkan. Misalnya seseorang memperoleh 6 karung, maka ia akan membawa pulang 1 karung sebagai upah membantu memanen. Tetapi untuk pekerjaan lain, kita menghargainya dengan uang.
Di kampung kami, yang biasa membantu tandur adalah ibu-ibu.


Tiap kali kesawah ini saya selalu teringat sosok bapak yang sudah duluan meninggalkan kami  dipanggil Alloh/Tuhan. Jika bapak kami  masih ada dan sehat, bapak habisin hari_harinya dengan bekerja di sawah ini.
Bapak adalah petani yang tangguh. Tahan terhadap panas dan lelah. Saya selalu bangga dengan bapak yang bekerja keras di bawah terik sinar matahari, kami akan selalu ingat nasehat_nasehatmu dan akan meneruskan perjuanganmu bapak.
Semoga Alloh/Tuhan Menempatkan Bapak kami di sisinya.Amiennn..
Bapak Kami Selalu Merindukanmu.

Ibu Petani Cabai


Setelah kepergian Bapak tercinta kami,Ibu tinggal hanya seorang diri dalam usianya yang sudah tak terbilang muda lagi,sosok ibu yang tak kenal lelah masih bekerja keras. Saat pagi hari ayam mulai berkokok dan suara Adzan subuh terdengar ibu cepat cepat bangun dan mulai mengerjakan aktifitasnya.

Selasa, 18 September 2012

Orang Tertua Di Sragen






Orang Tertua di Dunia Ada di Sragen
Saparman Sodimejo, warga Dukuh Segeran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah, dianggap sebagai orang tertua di dunia. Sayangnya Saparman tak ingat tanggal lahir. Ia diperkirakan berusia 140 tahun. Menurut catatan Guinness World Records, manusia tertua saat ini berusia 114 tahun.
Dugaan usia didasarkan pada cerita masa kecil Saparman yang pernah bisa melihat saat pembangunan pabrik gula Kedung Banteng Gondang. Pabrik gula itu dibangun pada tahun 1880, sekitar 130 tahun silam.
Brarti umur Saparman diperkirakan sekitar 140an Tahun.Ia juga mengaku pernah melalui zaman Belanda dan Jepang. Saparman juga sempat menikah empat empat kali hingga jumlah cucu dan cicitnya mencapai ratusan orang.
Resep Mbh Saparman Awet Muda
Kehidupan manusia hanyalah Tuhan yang tau. Kesegaran jasmani dan rohani,kebugaran tubuh, ketahanan fisik, kesehatan seseorang semua Tuhan yang menentukan. Semua adalah rahasia Tuhan. Termasuk limpahan rejeki, perjodohan dan umur tentunya.
Cerita tentang manusia yang berumur lebih dari seratus tahun kini makin banyak ditemukan. Salah satunya Saparman Sodimejo, warga yang diperkirakan berusia 140 tahun. Sayangnya Saparman tak ingat tanggal lahirnya.

Sejauh ini Saparman tetap sehat segar bugar dan mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan baik Resepnya kata Mbah Saparman yakni hati yang ikhlas dan pasrah pada apapun atas pemberian dari tuhan yang diberikan untuk kita dan kita wajib mensyukurinya apapun keadaan itu.
.
                                                                                                           

                                                
<<<<< (*_*) >>>>>

Kamis, 06 September 2012

Mengerti Kota Sragen




Kabupaten Sragen, Adalah sebuah kabupaten di {rovinsi jawa tengah. Ibukotanya terletak di sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten karanganyar di selatan, serta Kabupaten Boyolali di barat.
Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Bumi Sukowati" nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.
Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba, yang sebagian disimpan di Museum Fosil Sangiran.

Sejarah


Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.

Wisata Kota Sragen

1.Taman wisata dayu alam asri
2.Wisata alam air panas
3.Kerajinan batik khas sragen
4.Wisata museum sangiran

Kronologi dan Prosesi
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta - Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengkubuwonoke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang.
Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada zaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia , Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.


<< ^_^ >>
Matur suwun ngeh sampun di woco’’
“Three 23